Rabu, 16 Maret 2011

Emansipasi, Melindungi Atau Merampas Hak Kodrati Wanita?

Bumi akan terus berotasi, dengan atau tanpa kesadaran kita. Setiap peristiwa akan terus terjadi dan pada akhirnya hanya menjadi sebuah cerita bahkan kenangan. Tetapi setiap peristiwa pasti akan membawa dampak di kemudian hari untuk suatu kehidupan. Inilah dunia. Inilah dinamika. Semua terus bergerak takpeduli kita diam. Setiap bagian kehidupan dari molekul terbesar hingga yang takpernah kita pandang juga bergerak. Begitu pun kehidupan makhluk yang dijadikan oleh Allah adalah perhiasan dunia, wanita.
Seorang muslimah merupakan tiang negara. Bagaimana tidak? Masa depan seorang anak ada di tangan wanita. Jika mereka memahami syariat-syariat Allah, maka dari tangan mereka akan tumbuh generasi-generasi umat Islam yang tangguh dan berguna bagi seluruh umat. Menjadi istri yang sholihah dan menjadi ibu yang dapat menjadi teladan haruslah menjadi orientasi setiap muslimah. Wanita muslimah merupakan aset terpenting yang harus di jaga, dihormati, serta dilindungi. Namun, apa yang terjadi dewasa ini?
Wanita muslimah sudah takbanyak yang menyadari bahwa mereka adalah seorang wanita. Ironis. Perkembangan zaman, modernisasi, atau apa sajalah namanya telah mengenalkan mereka pada sebuah frase yang selalu dijadikan kedok oleh para wanita. Emansipasi wanita. Ya, kata emansipasi sudah seperti pelindung di balik tindakan para wanita zaman ini. Kebebasan dinilai di atas segalanya. Bahkan, hak asasi manusia juga dijadikan alasan semakin ‘bablasnya’ emansipasi wanita di era modern ini.
Emansipasi wanita menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju. Benarkah seperti itu? Emansipasi wanita yang berkembang di masyarakat lebih mengarah pada persamaan hak dalam segala aspek antara laki-laki dan perempuan. Ya, tidak ada batasan yang pasti dalam hal apa sajakah emansipasi bisa dijadikan alasan oleh para wanita. Yang jelas, tuntutan para wanita untuk sama dengan kaum laki-laki semakin keras dengungnya.
Menyedihkan memang melihat wanita-wanita muslimah semakin mengelu-elukan emansipasi wanita. Berbagai slogan diserukan untuk meraih kebebasan dan kesetaraan dengan kaum pria. Kondisi benar-benar telah menjadikan para wanita lupa akan hak-hak kodrati yang mereka langgar sendiri. Bukankah pria dan wanita pada dasarnya memang diciptakan berbeda dan memiliki keistimewaan masing-masing? Ah, sungguh menyakitkan melihat wanita menjadi sampul emansipasi. Mereka tokoh utamanya, tapi mereka juga korbannya.
Islam sudah mengatur sedemikian rupa hak-hak pria dan wanita. Allah tidak membeda-bedakan mereka. Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar“. (Q.S. Al-Ahzab: 35).
Ayat di atas menunjukkan bahwa pria dan wanita memiliki kedudukan yang sama dalam Islam. Allah tidak menyebutkan laki-laki saja, atau perempuan saja, tetapi keduanya. Allah melihat ketakwaan laki-laki dan perempuan dalam kedudukan yang sama. Tetapi Allah memberi mereka keistimewaan masing-masing agar saling melengkapi. Lantas, mengapa masih diragukan bahwa Islam adalah agama yang sangat menghargai wanita? Mengapa wanita-wanita masih menuntut persamaan hak yang dibungkus dalam kata emansipasi? Ya, karena kebanyakan wanita tidak menyadari keistimewaan mereka.
Islam begitu menghormati wanita, untuk itulah ada perintah berhijab. Wanita itu mahal sehingga Islam terlalu sayang jika keindahan tubuh mereka dapat disaksikan oleh siapa pun secara cuma-cuma. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena Allah menganugerahkan sifat penyayang yang lebih untuk kaum mereka. Bahkan, seorang wanita yang sholihah itu lebih baik dari seribu lelaki sholeh. Bahkan dalam suatu hadist Nabi disebutkan, “Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.” Allah juga memberikan jalan yang begitu indah untuk para wanita agar bisa menggapai surga. “Wanita yang taat dan berkhidmat pada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga.” Ya, sebegitu istimewanya seorang wanita dalam islam. Tetapi sayang, mereka lebih memilih kebahagiaan duniawi daripada keindahan surga abadi yang dijanjikan oleh Allah.
Benarkah dinamika zaman telah melunturkan semuanya? Tidakkah para wanita itu rindu panutan untuk kaum yang istimewa ini? Bukan seorang pejabat yang pandai, begitu sibuk, pergi ke mana-mana, memecahkan masalah ini itu. Bukan seorang presenter yang begitu mahir berbicara di depan publik, menghabiskan waktunya untuk pekerjaannya. Bukan para wanita berbaju rapi dengan rok di atas lutut, bersepatu high heels, bermuka penuh polesan, yang bekerja di gedung-gedung megah. Apalagi wanita-wanita yang berlenggang di atas panggung, berjalan berkelok-kelok, mengenakan busana yang takpernah menutup aurat mereka. Bukan. Ironisnya yang seperti itulah yang kini diidam-idamkan oleh kebanyakan wanita Indonesia. Apakah mereka takmelihat kaum mereka terdahulu? Istri-istri Rasulullah yang taat kepada Allah dan tidak pernah membangkang suaminya. Ah, apalagi taat kepada suami, wanita zaman sekarang justru sering menganggap pernikahan adalah suatu penjara yang merampas kebahagiaan wanita sebagaimana yang dikampanyekan oleh kaum feminis dari Barat. Demi karir, mereka akan menunda kehamilan. Masih demi karir, para wanita meninggalkan anak-anaknya di rumah dengan para pembantu atau baby sitter. Yang lebih ironis, demi karir mereka rela menanggalkan hijab. Nauudzubillah. Ya, mereka bersembunyi di balik kata emansipasi untuk melegalkan kemauan wanita. Emansipasi bukan lagi hanya tentang kemampuan wanita dan persamaan hak tetapi sudah melebar menjadi sarana untuk mencapai egoisme mereka.
Sekarang ini, dengan masih menggunakan topeng emansipasi, para wanita seakan-akan bersaing dengan para lelaki. Bekerja siang malam dianggap bergengsi. Bagaimana dengan anak-anak mereka yang taksempat mendengar dongeng sebelum tidur? Ah, lalu bagaimana dengan suaminya yang sangat jarang merasakan masakannya? Bagaimana juga dengan kebahagiaan dirinya sendiri? Mungkin itu kebahagiaan mereka. Bahkan, hak-hak lelaki seperti dirampas begitu saja oleh para wanita. Bagaimana tidak? Perkantoran yang seharusnya menjadi surga para lelaki untuk mencari nafkah kini dipenuhi oleh wanita. Wanita dengan segala keindahannya tersebar di mana-mana. Sungguh tidak salah jika Rhoma Irama menulis dalam syairnya, “Kalau aturan Tuhan sudah dirubah-rubah pasti kan kau dapatkan segala kepincangan karena kaum wanita memenuhi kantoran, akhirnya banyak pria menjadi pengangguran.”
Mengapa wanita tidak menyadari bahwa adanya emansipasi yang sudah melebar ke mana-mana ini sudah melanggar hak kodrati mereka sebagai seorang wanita? Mengapa mereka bangga menjadi korban modernisasi yang mengerikan ini? Emansipasikah jika seorang wanita pergi ke luar negeri menjadi TKW meninggalkan anaknya yang masih ingusan di rumah? Kalau sudah begitu siapakah yang harus disalahkan ketika banyak kasus TKW teraniaya? Mungkin itu hanya sebagian kecil peringatan dari Allah untuk kaum wanita karena telah meninggalkan tugasnya. “Hendaklah kaum wanita (wanita muslimah), tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliyyah dahulu.” (Q.S. al-Ahzab: 33). “Dan wanita adalah penanggung jawab di dalam rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban atas tugasnya.” Sungguh Allah tidak pernah membebani seorang wanita untuk mencari nafkah, karena Allah sudah mengatur masing-masing hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan dengan sangat baik sehingga mereka saling melengkapi. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar-Ruum: 21)
Seorang wanita mempunyai amanah yang sangat istimewa. Ia menjadi seorang pendamping untuk lelaki. Menjadi pendukung, penenteram jiwa, dan seseorang di balik layar yang selalu mendoakan kesuksesan seorang lelaki. Wanita dititahkan menjadi ibu untuk melahirkan generasi brilian. Menjadi seorang istri yang taat pada suaminya. Karena di balik kesuksesan seorang lelaki selalu ada wanita hebat di sampingnya. Tidakkah ingin menjadi wanita-wanita yang kelak dicemburui oleh bidadari-bidadari surga? Nikmat yang mana lagikah yang harus didustai dengan menjadi seorang wanita?
Allah tidak memberikan banyak syarat untuk seorang muslimah. Hanya dua, (1) taat kepada Allah dan rasulNya; dan (2) taat kepada suaminya. Hanya dengan itu Allah sudah menjamin surga untuk mereka. Masihkah harus mengejar persamaan hak yang sampai seterusnya tidak akan pernah sama? Masihkah harus berdiam melihat hak kodrati wanita dilanggar oleh wanita itu sendiri? Kesejajaran atau kesetaraan bukanlah kepadanan, karena laki-laki dan perempuan pada dasarnya memanglah tidak sama.

Pojok Biru 1-2
10 Januari 2011
10.25 WIB

Bros Kerudung Bunga Kupu-kupu (AKIB08)

  • Harga satuan : Rp. 10.000,-/pcs
  • Harga grosir : @Rp. 8.000 (minimum pembelian 6 pcs)
Lengkapi koleksi bros Anda dengan bros bermotif bunga dan kupu-kupu ini. Warnanya cerah. Sederhana namun memikat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar